Jumat, 30 Januari 2015

Nilai Waktu dari Uang

Kalau disuruh pilih antara menerima uang 100 juta pada saat sekarang atau menerima uang 100 juta lima tahun yang akan datang kalian pilih mana? Saya yakin umumnya kalian akan memilih menerima 100 juta sekarang. Alasannya bisa saja bermacam-macam. Alasan yang “anak ekonomi banget” adalah karena kita mengenal adanya “nilai waktu dari uang” (time value of money). Kalau kita perhatikan dari waktu ke waktu nilai uang semakin merosot. Dulu zaman saya SD uang jajan Rp 1000 udah bisa buat beli macem-macem tapi jajan Rp 1000 buat anak SD sekarang sudah pasti tidak bisa beli sebanyak saya SD dulu. Ketemu uang 100 perak di jalan jaman dulu banget masih dipungut dan yang punya pun udah bersukur banget kalau dibalikin sama yang nemu, tapi jaman sekarang 100 perak ditaruh di depan gerbang SD di jam pulang sekolah sampai sekolah sepi pun juga ga bakal ilang. Kita beli rumah Tipe X sekarang dengan harga 500 juta 10 tahun yang akan datang rumah dengan tipe yang sama kemungkinan besar harganya sudah naik. Oleh karena itu, uang 100 juta yang diterima sekarang bisa kita konversi ke barang/aset yang sepuluh tahun kemudian kalau dijual lagi kita akan menerima uang lebih tinggi dari 100 juta. Misalnya uang 100 juta tersebut saya belikan tanah trus sepuluh tahun kemudian terjual seharga 180 juta. 180 juta itu disebut nilai masa depan (future value). keuntungan 80 juta merupakan nilai waktu dari uang yang ditanamkan ke tanah tadi. Sebaliknya, jika di masa depan tanah yang saya jual ternyata yang beli kalian (seharga 180 juta) dan kalian pengen tahu 10 tahun yang lalu (sekarang) nilai tanah ini berapa, dengan perhitungan tertentu yang memakai tingkat diskonto tertentu (diskonto kebalikan dari bunga), maka akan didapat nilai sekarang (present value) yaitu 100 juta.

Konsep nilai waktu dari uang ini menjadi bahasan utama dalam manajemen keuangan. Hampir setiap materi di manajemen keuangan ketemu melulu sama ini agar perhitungan menjadi valid. Kita tidak akan sepenuhnya mengerti ilmu keuangan jika tidak benar-benar mengerti konsep nilai waktu dari uang. Banyak keputusan bisnis dan keuangan harus melibatkan nilai waktu dari uang ini. Dengan mengetahui hal ini, kita akan bisa lho menjawab pertanyaan yang lebih sulit seperti kalian pilih mana antara menerima 100 juta sekarang atau 200 juta sepuluh tahun yang akan datang?. Nah begitulah dalam ilmu keuangan kita seringkali dihadapkan dengan alternatif-alternatif yang menjadi pertanyaan mana yang paling mendatangkan keuntungan.

Perlu diketahui bahwa nilai waktu dari uang itu dapat dinyatakan dalam berbagai macam, seperti tingkat diskonto, tingkat inflasi, tingkat bunga, dan sebagainya. Kita ambil contoh tingkat bunga. Tingkat bunga itu ada dua :

  1. Tingkat Bunga Sederhana

  2. Kalau kalian misalnya nabung di bank sekarang 10 juta dengan tingkat bunga sederhana 7% per tahun. Itu artinya setahun kemudian uang yang kalian tabung akan bertambah sebesar 7% x 10 juta = Rp 700.000. Dengan tingkat bunga sederhana, kalau disimpan terus selama 10 tahun uang kita bertambahnya tinggal kali 10 aja : 10 x Rp 700.000 = Rp 7.000.000. Gampangnya memahami tingkat bunga sederhana seperti itu. Berarti 10 tahun yang akan datang uang kita akan menjadi Rp 10.000.000 + Rp 7.000.000 = Rp 17.000.000. 17 juta ini dinamakan nilai masa depan (Future Value).
    Nah, gampang kan? Sekarang kita masuk ke tingkat bunga yang agak lebih jelimet dikit tapi sangat amat penting di ilmu keuangan karena dipakai damana-mana.





  3. Tingkat Bunga Majemuk

  4. Tingkat bunga ini disebut juga dengan bunga berbunga. Konsepnya sederhana, jika tabungan kita yang 10 juta tadi memakai tingkat bunga majemuk 7% per tahun. Setahun kemudian uang kita akan bertambah 7% dari 10 juta (Rp 700.000) menjadi Rp 10.700.000, sedangkan tahun kedua bertambah sebesar 7% dari total uang kita pada tahun pertama (tahun sebelumnya) yaitu 7% x Rp 10.700.000 = (hitung sendiri yah, hehe). Dan begitu seterusnya.

    Tingkat bunga majemuk ini tidak cuma dipakai di tabungan (deposito) bank, tapi juga kredit, bahkan juga berlaku untuk berbagai jenis pertumbuhan majemuk. Misalnya inflasi, pendapatan perusahaan, dan sebagainya. Contoh nih, tahun ini harga cabe Rp 50.000/kg, jika inflasi rata-rata cabe per kilo 10% per tahun, maka tahun depan harga cabe naik 10% dari Rp 50.000 menjadi Rp 55.000, tahun depannya lagi naik sebesar 10% dari Rp 55.000. Contohnya lagi pada kredit. Saya jadi ingat dulu ayah saya ngutang di bank namanya rekening koran pakai bunga majemuk ini nih, hahaha. Jika saya berhutang 10 juta dengan bunga majemuk 10% dan pokok pembayaran 1 juta per tahun maka tahun pertama saya kena bunga 10% dari 10 juta (1 juta) sehingga total yang saya bayar ke bank pada tahun pertama jadi 2 juta. Untuk tahun berikutnya, saya kan udah cicil pokok utang 1 juta, jadi sisa 9 juta, bunga yang dikenakan ke saya selanjutnya menjadi 10% dari 9 juta (900 ribu) sehingga tahun kedua saya harus bayar pokok pembayaran dan bunga senilai 1,9 juta. Dan begitu seterusnya.

Jangan kira kedua macam tingkat bunga ini beti alias beda tipis. Berikut ada tabel perbedaan hasil yang diperoleh antara dua tingkat bunga ini yang menunjukkan betapa dahsyatnya bunga majemuk ini.
Tabel nilai masa depan dari Rp 1 yang diinvestasikan dalam berbagai periode waktu pada tingkat bunga 8%

Tuh, wow banget kan!! Padahal itu baru satu rupiah doank, apalagi kalau uang awalnya jutaan ya? Tidak hanya itu, dengan bunga majemuk perbedaan persen bunga pun juga signifikan selisihnya untuk periode waktu yang lama.


Materi time value of money tidak hanya ini, tapi karena blog ini buat umum setidaknya kita sudah paham sih intinya dengan kasus-kasus sederhana. Masih ada tentang nilai sekarang (present value), anuitas (serangkaian pembayaran atau penerimaan dalam jumlah yang sama selama jangka waktu atau periode tertentu), perpetuitas (anuitas sederhana yang pembayaran atau penerimaannya berlangsung selamanya), atau dengan kasus yang lebih kompleks, misalnya jika arus kas (penerimaan tahunan) yang kita peroleh beda-beda bagaimana kita menghitung nilai masa depan/nilai sekarang nya? Atau tingkat bunganya dimajemukkan bukan tahunan, melainkan setengah tahunan, kuartalan, atau malah dimajemukkan dalam setahun terus-menerus tak berhingga? Selain itu kedua jenis tingkat bunga, present value dan future value harusnya dinyatakan dalam rumus biar gampang ngitung-ngitungnya tapi saya sih ngasih pemahaman aja, kan dari definisi dulu baru dituangkan ke rumus. Yang otaknya matematika, dari yang dari baca penjelasan tadi harusnya udah gampang tuh bikin rumusnya. Bagi yang ingin tau lebih dalam bisa baca-baca buku Manajemen Keuangan Okkeh!! Ciiiaaaoooo…

Kamis, 29 Januari 2015

Siapa yang Ingin Jadi Finance Manager?

Dalam perusahaan besar, khususnya perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas, kita mengenal adanya top manager yang mebawahi manajer-manajer tingkat fungsional. Umumnya manajer-manajer tingkat fungsional ini ada empat:
·         Manajer pemasaran
·         Manajer keuangan
·         Manajer operasi
·         Manajer SDM

Tapi ada juga sih perusahaan yang cuma punya tiga, atau bahkan lebih dari empat, tergantung kebutuhan juga sih.  Sebagai contoh dibawah ini adalah struktur organisasi dari PT Wijaya Karya Beton Tbk

Disana direktur utama (top manager) membawahi empat direktur (manajer) fungsional, tapi keuangan dan SDM digabung dan operasi dibagi dua. Kalo dilihat kebawah lagi kita bisa menarik kesimpulan kenapa dibagi dua, karena yang satu khusus untuk operasional produksi barang, dan yang satu operasional produksi jasa. Jadi pembentukan departemen fungsional perusahaan mau 3, 4, 5, 100, tergantung kebutuhan sih.

Nah kali ini saya mau bahas tentang peran manajemen keuangan yang mesti harus ada di semua perusahaan besar. Peran manajer keuangan itu apasih qaqa?? Sebelum itu kita mesti tau dulu peran manajer sendiri itu apa:
  1. Peran interpersonal, yaitu ia memiliki peran dalam memimpin dan sebagai perantara.
  2.  Peran Informasional,  yaitu ia memiliki peran sebagai penghantar informasi kepada para anggotanya dan juga sebagai juru bicara untuk mewakili organisasi yang dibawahinya.
  3. Peran memutuskan, nah secara spesifik, peran memutuskan ini berbeda-beda untuk setiap manajer fungsional tadi. Terkait peran keputusan ini, jika elo elo pada jadi manajer keuangan, maka keputusan kalian tidak keluar dari tiga area keputusan ini, yaitu keputusan pendanaan, keputusan investasi, dan keputusan dividen.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai peran keputusan oleh manajer keuangan ini, biar lebih ngerti, saya akan mereview yang namanya neraca. Setiap perusahaan pasti punya posisi neracanya masing-masing. Rumus dari neraca adalah

Aset = Liabilitas atau kewajiban + Ekuitas atau kepemilikan

Dibagian kiri ada aset dan di bagian kanan ada liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas itu kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan contohnya utang sedangkan ekuitas itu menunjukkan kepemilikan contohnya saham. Nah, sekarang mari kita bahas sekalian dengan 3 peran keputusan manajer keuangan tadi (soalnya kaitannya erat bingitz).


  • Keputusan Pendanaan

Kalau nanti kalian jadi manajer keuangan, kalian mesti mikirin nih, kalian mau dapetin dana dari mana aja. Setiap alternatif pendanaan punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Proporsi pendanaan pun juga menentukan keoptimalan dari pendanaan itu sendiri. Mau pake modal sendiri? Gapapa sih kalau kalian tidak mau untuk mengembangkan perusahaan kalian karena modal sendiri kan cenderung terbatas. Kalaupun modal sendiri mencukupi untuk mengembangkan perusahaan (ekspansi, produk baru, dll), kalian mungkin akan berubah pikiran ketika belajar manajemen keuangan lebih dalam ketika mengetahui betapa lebih menguntungkannya berutang daripada memakai modal sendiri (Kalau ada kesempatan nanti dibahas). Makanya peran ini lebih fokus pada sisi kanan neraca (liabilitas dan ekuitas). Sumber-sumber dana bisa didapat dari pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang), instrumen dan bentuknya banyak, mereka punya kelebihan masing-masing, itu tugas kalian nanti sebagai manajer keuangan.


  • Keputusan Investasi

Sekarang dana yang didapat mau dipakai buat apa saja? Nah itu juga tugas manajer keuangan. Kali ini fokus di sisi kiri neraca. Yaitu aset. Aset itu kalau diuraikan jadi banyak lagi, contoh, ada aset lancar dan aset tetap. Dana yang didapat tadi baik berupa ekuitas maupun liabilitas (dijumlahkan jadi total aset) mau ditempatkan dimana saja? Untuk aset lancar berapa? Untuk asset tetap berapa? Aset lancar nanti dipecah lagi, begitu pula aset tetap. Berapa alokasi untuk kas? Berapa untuk Persediaan? Dan lain-lain. Untuk beberapa alokasi aset mungkin perlu koordinasi dengan manajer fungsional lain contohnya alokasi persediaan mungkin butuh koordinasi antara manajer keuangan dengan manajer operasi (produksi). Ga Cuma investasi, keputusan divestasi juga dipikirin. Aset yang tidak memiliki nilai ekonomis lagi mungkin harus dikurangi, diganti, dijual, atau ditiadakan. Pokoknya aset-aset ini harus dikelola dengan efisien.
Sampai disini udah mulai kebayang kan repotnya jadi manajer keuangan dan pentingnya keberadaan manajemen keuangan itu? Tapi masih ada satu lagi nih. Jeng jeng jeng!!! Keputusan Dividen!!

Jadi kalau diilustrasikan dari persamaan neraca diatas, dana yang terkumpul dari sisi kanan akan terkonversi ke sisi kiri (aset).



  • Keputusan Dividen

Keputusan ini juga menjadi tantangan tersendiri nih guys! Perusahaan kan harapannya memeperoleh laba nih! Laba pun juga harus dikelola dengan bijak. Laba nya mau dibagi ke pemilik saham (dividen) atau ditahan dengan tujuan untuk diinvestasikan lagi untuk harapan laba yang lebih besar atau ditahan untuk tujuan lain. Jangan dikira gampang! Ini tuh dilematis karena buaanyak banget faktor yang harus dipertimbangkan. 

***

Jadi sebenarnya kegiatan manajer keuangan yang diuraikan diatas sasarannya apa sih qaqaaa??? Buat memaksimalkan laba kah?? Tetooot… salah! Ada tujuan yang lebih luas dari itu saudara-saudara sekalian!! Yaitu MEMAKSIMALKAN NILAI PERUSAHAAN. Laba dan nilai perusahaan itu (dicatat di jidat masing-masing) TIDAK SAMA. Berapa besarnya laba dilihat di laporan laba/rugi (di baris paling bawah), tapi berapa nilai perusahaan tercermin dari harga sahamnya! Mengapa nilai perusahaan yang menjadi fokus? Trust me! Kata “nilai” dari nilai perusahaan itu sama saja maksudnya dengan kata "nilai" di kalimat-kalimat yang dipelajari anak-anak (mungkin salah satu dari kalian) SDM, psikologi, antropologi, sosiologi, dan ilmu sosial lainnya. Dalam konteks SDM, setiap individu punya nilai yang dianut masing-masing. Dalam buku Perilaku Organisasi karangan Stephanus P. Robbins dan Timothy A. Judge, Nilai mengandung elemen penilaian karena mengandung ide-ide seseorang individu mengenai apa yang benar, baik, atau diinginkan. Kaitannya dengan "nilai" yang di keuangan sama saja! Harga saham itu bergerak sesuai penawaran dan permintaan, oleh karena itu harga saham menunjukkan di harga berapa investor mau membeli perusahaan untuk setiap lembar sahamnya. Maka dari itu nilai perusahaan disini mengandung elemen penilaian mengenai harapan investor akan perusahaan tersebut kedepannya, penilaian investor mengenai kinerja perusahaan, penilaian manajemennya, risikonya, semua-muanya pokoknya. Kalau harga saham perusahaan tinggi itu artinya investor mau beli di harga segitu karena dia menilai perusahaan itu lebih bagus dari semua pertimbangannya dibanding perusahaan lain yang lebih murah sahamnya. So, nilai perusahaan itu sudah mencakup semuanya, tidak hanya laba.

Nah, sudah punya gambaran kan rumitnya tanggung jawab sebagai manajer keuangan? Untuk mengambil keputusan perlu pertimbangan dan analisa yang mumpuni. Baik kualitatif maupun kuantitatif (dibantu perhitungan matematis). Terkait peran-peran tadi, jangan heran kalau kalian masuk jurusan manajemen keuangan ketemu ilmu-ilmu statistik, matematika, akuntansi, makro ekonomi, hukum, komunikasi, dan sebagainya.

Caooo…